Entri Populer

Sabtu, 21 Mei 2011

Analisa Data Berdasarkan Teori Gordon

ANALISA DATA HASIL PENGKAJIAN
DENGAN MENGGUNAKAN TEORI GORDON

I. Pendahuluan
Perawat membutuhkan suatu kerangka kerja yang sistematik untuk memecahkan suatu masalah dan juga satu pendekatan yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Hal itulah yang disebut dengan istilah proses keperawatan. Proses keperawatan ini memiliki tujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan perawatan kesehatan pasien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang diperkirakan, menetapkan dan mengkomunikasikan rencana asuhan yang berpusat pada pasien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan yang diharapkan (Potter & Perry, 2005).
Ada lima rangkaian tahapan yang ada didalam proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi. Kelima tahapan ini bersifat dinamik, berkelanjutan dan berhubungan satu sama lainnya. Berdasarkan teori Gordon pada tahun 1995, terdapat dua langkah awal yang terdapat dalam proses keperawatan yaitu pengkajian dan diagnosa dikatakan sebagai komponen identifikasi masalah, sedangkan perencanaan, implementasi dan evaluasi merupakan komponen pemecahan masalah (Potter & Perry, 2005).
Ketika perawat hendak mengidentifikasi masalah keperawatan, terutama saat menentukan diagnosa keperawatan diperlukan alat untuk mengumpulkan dan menganalisis data. Terdapat beberapa alat yang dapat digunakan sebagai panduan dalam pengkajian, antara lain: teori human response pattern oleh NANDA, theory of self – care oleh Orem, functional health pattern oleh Majory Gordon, Roy adaptation model, Leininger sunrise model oleh Madeline Leininger , body system mode, dan hierarchy of need oleh Abraham Maslow (Daniels, 2004).
Pada makalah ini, teori yang digunakan dalam mengkaji dan menganalisa pasien adalah teori Gordon “functional health pattern“. Functional health pattern / pola fungsional kesehatan ini terbagi menjadi sebelas yaitu persepsi kesehatan & manajemen kesehatan, aktivitas / latihan, nutrisi / metabolis, persepsi diri – konseptual diri, nilai/ kepercayaan, eliminasi, kognitif/perseptual, peran/hubungan, tidur & istirahat, seksual/reproduksi dan pola pertahanan diri / koping stres (Daniels, 2004). Pasien yang dikaji pola kesehatanya adalah Ny.“B” berusia 50 tahun dengan diagnosa medis fraktur femur dan Diabetes Melitus.
Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menganalisa pasien ini dengan menggunakan tiga dari sebelas pola Gordon, yaitu persepsi kesehatan & manajemen kesehatan, peran/hubungan dan tidur & istirahat serta melihat hubungan dari ketiga pola itu pada diri pasien.
II. Analisa Data Hasil Pengkajian dengan Menggunakan Teori Gordon
Teori Gordon tentang functional health pattern / pola fungsional kesehatan adalah pendekatan holistik yang bersifat sistematis untuk mengevaluasi segala bidang kebutuhan manusia, dan bidang-bidang tersebut saling bergantung satu sama lain (Rick Daniels, 2004). Pendekatan yang sistematis ini memungkinkan perawat untuk mampu memeriksa dan menilai lebih komprehensif mengenai tindakan dan respon pasien, pengidentifikasian masalah kesehatan pasien dan pengevaluasian dari hasil perawatan. Oleh karena itu, dalam melakukan pengkajian pada pasien B digunakan teori tersebut. Seperti yang telah disebutkan pada pendahulauan, bahwa tiga bagian functional health pattern/ pola fungsional kesehatan yang akan dibahas berdasarkan data-data yang diperoleh hasil wawancara dengan pasien, antara lain: pola persepsi kesehatan & manajemen kesehatan, peran/hubungan dan tidur & istirahat.
Bagian pertama yaitu persepsi kesehatan & manajemen kesehatan merupakan pola yang difokuskan pada perasaan pasien mengenai kesehatan, seperti: pengetahuan tentang gaya hidup dan hubungannya dengan kesehatan, pengetahuan pasien mengenai cara mencegah penyakit, dan kepatuhan perawatan medis. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien, diperoleh data subjektif yang menyatakan bahwa pasien lebih memilih pengobatan tradisional dan pemijatan untuk menangani patah tulang yang dialaminya karena menurut pasien pengobatan tradisional mampu menyembuhkan segala penyakit, pasien sudah sebelas kali masuk ke rumah sakit dengan penyakit yang sama yaitu Diabetes Melitus dengan kadar glukosa yang paling tinggi yang pernah dialami pasien adalah mencapai lebih dari 400 mg/dL, pasien sering berkonsultasi mengenai penyakit Diabetes Melitus yang dialaminya dengan dokter pribadinya, namun dosis dari obat yang seharusnya dikonsumsi 2 x ½ butir per hari, dikonsumsi sebanyak 1 tablet dimalam hari dengan alasan obat tersebut berukuran kecil sehingga beliau kesulitan untuk membelah obat menjadi ½ tablet. Menurut beliau sama saja, pengkonsumsian obat antara 2 x ½ tablet/ hari dengan 1 x 1 tablet/hari, yaitu tubuh hanya memerlukan 1 tablet setiap harinya, pasien mampu belajar untuk menyuntik dirinya sendiri setelah diberi pengajaran oleh dokter, untuk memperbaiki kesehatannya pasien selalu melakukan olahraga setiap hari pukul 05.00 pagi dan meningkatkan diet ketat walaupun belum sepenuhnya berhasil. Menurut pasien, arti sehat bagi dirinya adalah apabila beliau tidak dirawat di rumah sakit dan masih mampu melakukan aktivitas, sekalipun dengan paksaan.
Berdasarkan wawancara ini, dirumuskan bahwa ada defisit pola persepsi kesehatan & manajemen kesehatan yang ada didalam kategori teori Gordon yaitu pasien memiliki defisit pengetahuan. Hal tersebut menyebabkan pasien memiliki persepsi yang salah mengenai pengkonsumsian dosis obat yang telah direkomendasikan oleh dokter.
Hal serupa juga ditemukan pada persepsi pasien yang salah mengenai pengertian “sehat“ bagi dirinya. Pasien mengungkapkan apabila ia tidak dirawat di rumah sakit dan masih mampu melakukan aktivitas sekalipun dengan paksaan, ia masih berada dalam keadaan sehat. Dari data ini diperoleh pengertian yang berbeda dengan definisi sehat yang sebenarnya. Sehat adalah suatu keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan lingkungan internal dan eksternal untuk mempertahankan kesehatannya (Potter & Perry, 2004). Selain itu, berdasarkan data yang diperoleh, pasien lebih memilih untuk menggunakan pengobatan tradisional. Hal ini didukung oleh teori Gordon tahun 2000 yang menyatakan bahwa persepsi kesehatan & manajemen kesehatan bergantung pada budaya, masyarakat, dan kesehatan individu.
Ada sebagian hasil pengkajian yang tidak bertolak belakang dengan teori Gordon yaitu bahwa pasien juga mempunyai kekuatan pada pola persepsi kesehatan & manajemen kesehatan yaitu kesiapan untuk peningkatan status kesehatannya. Hal ini dikarenakan pasien mampu menangkap hal-hal yang disarankan dokter seperti melakukan diet ketat dan mampu menyuntik insulin secara mandiri setelah mendapat pengajaran oleh dokter. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa sebenarnya pasien mengetahui cara mempertahankan dan meningkatkan pola hidup sehat bagi dirinya.
Bagian kedua yaitu pola peran/hubungan, yaitu pola pengkajian yang difokuskan pada peran pasien di dalam komunitas dan hubungan dengan orang lain seperti peran dan tanggung jawab pasien terhadap anggota keluarga dan orang-orang lain di sekitarnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan pasien diperoleh data yang menyatakan bahwa pasien sangat terlibat dengan cucu yang tinggal bersamanya termasuk seluruh kegiatannya. Pasien mempunyai hubungan yang baik dengan orang-orang yang berada dalam komunitasnya, ia memiliki peran dalam kegiatan darma wanita, peranan sebagai ibu yang bertanggungjawab atas perawatan rumah dan atas pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan oleh keluarga. Setelah dilakukan analisa data, tidak ditemukan defisit yang berhubungan dengan pola peran/hubungan pada diri pasien
Bagian ketiga yaitu pola tidur dan istirahat, yang merupakan pengkajian mengenai kemampuan pasien untuk tidur, istirahat dan praktik relaksasi, seperti: pengkajian pola tidur pasien selama 24 jam, persepsi pasien mengenai kualitas dan kuantitas mengenai pola tidur dan istirahat, persepsi pasien mengenai tingkat kekuatan setelah tidur, ataupun penggunaan obat-obatan rutin untuk membantu tidur. Dari hasil pengkajian diperoleh data bahwa pasien selalu menyempatkan waktu untuk tidur siang, menurut pasien kualitas tidur yang baik itu bila mampu menghasilkan banyak energi dan pasien tidak kurang tidur. Pasien juga mengatakan bahwa setiap manusia membutuhkan waktu kurang lebih tujuh jam untuk tidur di malam hari. Pernyataan pasien ini tidak bertentangan dengan teori tidur& istirahat pada tahap usia paruh baya oleh Potts & Mandleco tahun 2002 yaitu manusia membutuhkan 6-8 jam untuk tidur pada malam hari. Maka dapat disimpulkan, bahwa tidak ditemukan fungsi kekurangan yang berhubungan pola tidur& istirahat pada diri pasien.
Setelah mengetahui penjabaran pola-pola functional health patterns / pola fungsional kesehatan, dapat terlihat bahwa pada diri pasien ketiganya saling berhubungan, yakni antara pola persepsi kesehatan & manajemen kesehatan, peran/hubungan dan tidur & istirahat serta saling berpengaruh satu dengan yang lain. Apabila pasien memiliki persepsi kesehatan & manajemen kesehatan yang baik maka pasien akan memiliki pandangan yang tepat mengenai kesehatan, sehingga ketika pasien menjalankan peran dan tanggungjawabnya ia mampu untuk menerapkan pola tidur & istirahat yang baik di komunitas,di dalam keluarga dan bagi dirinya sendiri.

III. Kesimpulan
Teori Gordon dapat digunakan sebagai alat panduan dalam mengumpulkan data pada tahap awal dari proses keperawatan yaitu tahap pengkajian. Bila dihubungkan dengan hasil pengkajian pasien B diketahui bahwa pasien mempunyai beberapa persepsi yang salah mengenai kesehatannya, namun disisi lain pasien juga mampu memahami cara mempertahankan kondisinya dalam keadaan sehat yaitu dengan cara berolahraga dan melakukan diet ketat bagi dirinya. Disamping itu, hasil dari kategori pengkajian pola peran/ hubungan dan pola tidur & istirahat tidak ditemukan analisa yang berhubungan dengan kekurangan dalam kehidupan pasien. Berdasarkan penjabaran dari data-data tersebut diketahui bahwa antara pola persepsi kesehatan & manajemen kesehatan, peran/hubungan serta tidur & istirahat mempunyai hubungan satu dan lainnya. Bila pasien mempunyai pola persepsi yang benar mengenai kesehatan maka pasien mampu menjalankan peran dan tanggung jawabnya sebagai orangtua dalam mengatur pola tidur di dalam keluarga baik bagi anak-anak, suami dan dirinya sendiri.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa teori Gordon ini sangat bermanfaat bagi perawat dalam mengembangkan pengkajian terhadap pola kesehatan pasien. Tindakan pengkajian tersebut akan menghasilkan data-data yang mampu membantu pekerjaan perawat dalam menentukan diagnosa dan pemilihan tindakan keperawatan yang tepat bagi kesehatan pasien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar