Entri Populer

Sabtu, 21 Mei 2011

Pembuatan Keputusan Klinis Melalui Proses Keperawatan

PENDAHULUAN
Kebanyakan pasien yang dirawat sering menyampaikan keluhan nyeri pada salah satu atau beberapa bagian tubuhnya kepada perawat. Nyeri bersifat subjektif dan tidak ada kemungkinan bila seseorang dapat merasakan nyeri yang dirasakan orang lain dalam waktu yang bersamaan. Sehingga dapat diartikan bahwa nyeri merupakan data subjektif yang didasarkan pada persepsi pasien dan nyeri ini tidak dapat diukur secara objektif baik melalui tes laboratorium maupun data diagnosa pasien (Daniels, 2004).
Perawat terkadang memiliki pandangan yang tidak kongruen dengan persepsi pasien mengenai nyeri yang mereka alami. Penilaian yang salah tersebut menyebabkan tidak adanya penanganan secara khusus untuk mengatasi nyeri. Berdasarkan kasus nyeri ini, Lennan & Madjar tahun 2004 mengharapkan perawat memainkan peran penting dalam menilai dan mengelola nyeri yang dialami pasien (Godfrey, 2005). Data atau laporan yang diperoleh dari pasien dapat menjadi dasar penilaian perawat. Penilaian ini harus meliputi deskripsi rasa sakit seperti lokasi, durasi, frekuensi, intensitas,dan respon kognitif pasien untuk nyeri yang dirasakan. Hal ini menuntut adanya komunikasi yang efektif antara pasien, keluarga, dan professional caregivers untuk mencapai management pain yang tepat.
Untuk memperoleh management pain yang tepat perawat wajib memiliki pemahaman dalam memberikan keputusan bagi kesehatan pasien. Cara yang dapat diambil untuk mencapai hal tersebut yaitu dengan menggunakan nursing process model. Didalam nursing process perawat wajib mengumpulkan data-data yang mendukung mengenai nyeri yang dialami pasien. Data harus sesuai dengan logical thinking dan intuitive knowing agar diperoleh keputusan yang rasional dan tercapainya hasil yang diharapkan (Burkhardt & Nathaniel, 2008). Oleh karena itu,penulis mengkaji pasien X, 57 tahun, dengan diagnosa medis post operasi apendektomi, untuk memperoleh intervensi nyeri yang tepat bagi pasien tersebut.
Melihat pentingnya peran perawat dalam mengidentifikasi masalah kesehatan pasien tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat masalah mengenai pembuatan keputusan klinis. Oleh karena itu, makalah ini dibuat untuk menjelaskan pentingnya proses keperawatan sebagai tolak ukur pembuatan keputusan klinis mengenai nyeri.
PEMBUATAN KEPUTUSAN KLINIS NYERI MELALUI PROSES KEPRAWATAN
Pengertian nyeri menurut International Association for the Study of Pain (IASP) tahun 1979 mengatakan bahwa perasaan yang mengganggu, sensori subjektif dan emosional yang berhubungan dengan rusaknya jaringan pada bagian tubuh ( Potter & Perry, 2009). Untuk mengatasi masalah nyeri yang dialami pasien perawat dapat menggunakan proses keperawatan. Melalui proses keperawatan ini, dapat diketahui pengidentifikasian masalah nyeri dari pengkajian subjektif dan pengkajian objektif, pengembangan rencana keperawatan sebagai pedoman untuk mencapai hasil yang diharapkan, implementasi dari hasil intervensi, evaluasi hasil dan perbaikan rencana keperawatan sepanjang melakukan tindakan keperawatan (Burkhard & Nathaniel, 2008). Sehingga dapat disimpulkan bahwa proses keperawatan merupakan pedoman untuk melakukan pendekatan penatalaksanaan nyeri secara sistematis sehingga dapat memahami nyeri yang pasien rasakan.
Pengkajian nyeri yang aktual sangat diperlukan karena dapat digunakan sebagai data pokok dalam memutuskan sebuah diagnosa keperawatan, menyeleksi pemberian terapi yang tepat, dan mengevaluasi respon pasien terhadap terapi (Potter & Perry, 2005). Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data subjektif yaitu pasien X dirawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri pada bagian perut sebelah kanan bawah. Pasien merupakan pasien nyeri akut, hal ini didukung dari pengertian nyeri akut menurut Brown & Edward tahun 2005 yaitu durasi nyeri yang singkat, menyerang kerusakan jaringan tubuh dan emosi seseorang. Dari penjelasan tersebut sama halnya dengan keadaan yang dialami pasien yaitu mengalami nyeri dengan durasi mencapai 2 hingga 3 menit dan emosi pasien meningkat bila mendengar suara-suara yang mengganggu pola tidurnya.
Riwayat awal penyakit yang dialami pasien yaitu ia mengalami nyeri perut sejak 3 bulan yang lalu dengan frekuensi nyeri hilang timbul. Menurut pasien hal ini terjadi sejak pasien memilih untuk tinggal bersama anak perempuannya, namun di tempat tinggal yang baru pasien tidak pernah mengkonsumsi buah dan sayur selama berbulan-bulan yang dikarenakan jarak pusat perbelanjaan dengan rumah anaknya cukup jauh. Perubahan pola makan tersebut membuat pasien sering merasakan sakit dibagian perut sebelah kanan bawah. Karena nyeri tidak tertahankan maka pasien memutuskan untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dan hasilnya pasien harus menjalankan operasi apendektomi.
Setelah operasi apendektomi dilakukan, kondisi pasien tampak lemas dan meringis kesakitan saat melakukan mobilisasi. Pasien mengatakan beliau berada di level nyeri 4 dari skala 0 hingga 10. Alat pengkajian ini dinamakan skala numerik/ Numeric Rating Scale. Skala numerik ini berfungsi untuk mengkaji sesudah dan sebelum intervensi terapeutik (Daniels, 2004).
Respon fisiologis pasien terhadap nyeri yaitu pasien mengeluh, mengatakan tidak nyaman dan gelisah bila ingin tidur/ istirahat. Sehingga perlu dilakukan observasi tanda-tanda vital pasien saat pengkajian. Pasien mempunyai suhu 35,9 ÂșC ; tekanan darah 110/80 mmHg; nadi 82 kali/menit dan respirasi 20 kali/menit. Pengkajian ini tidak bertolak belakang dengan penjelasan Potter & Perry tahun 2009 yang menyatakan bahwa “ nyeri tidak bersifat statistik tetapi dinamik sehingga sangat diperlukan memonitor keadaan nyeri secara teratur beserta observasi tanda-tanda vital”.
Setelah melakukan pengkajian dan memperoleh dan menganalisis data secara lengkap maka perawat dapat membuat diagnosa keperawatan yang tepat bagi masalah kesehatan yang dialami pasien. Diagnosa yang diambil yaitu nyeri berhubungan dengan terputusnya kontiniunitas jaringan ditandai dengan ekspresi wajah dan verbalisasi.
Terdapat tiga bagian dalam tahap perencanaan pada proses keperawatan yaitu tujuan, kriteria hasil dan intervensi. Tujuan merupakan hal yang menjadi target utama dalam menangani nyeri pasien, sehingga tujuan yang diambil adalah pasien akan mengalami penurunan skala nyeri yang sangat memuaskan dalam waktu 24 jam. Kriteria hasil merupakan hal yang ingin dicapai/ diperoleh dari kesehatan pasien, kriteria hasil yang diharapkan dari kasus pasien X yaitu pasien melaporkan bahwa nyeri berada di level 2 atau kurang dari 2 dari skala 0 hingga 10. Perencanaan yang akan dilakukan bagi pasien yaitu : kaji karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala numeris (0-10) hal ini untuk mengetahui tingkat rasa nyeri sehingga dapat menentukan jenis tindakan selanjutnya; pertahankan mobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami pasien; lakukan kolaborasi dengan tim medis (dokter) dalam pemberian analgesik dan antibiotik dengan tujuan mempercepat pengurangan nyeri; berikan edukasi yang lengkap mengenai teknik relaksasi dan distraksi yang tepat bertujuan untuk memberikan pengalihan perhatian pasien saat nyeri menyerang bagian tubuh pasien. Ketiga bagian dari perencanaan ini sangat memerlukan pikiran yang logis dan kritis dari seorang perawat.
Setelah kriteria hasil diidentifikasi maka dilanjutkan pada tahap intervensi yang berupa pengobatan, pertimbangan dan pengetahuan klinis, dan tindakan perawat dalam menambah serta memperluas kriteria hasil (Brown & Edward,2005). Intervensi yang telah dilakukan adalah melakukan pemberian edukasi kepada pasien mengenai penggunaan teknik management stress yaitu teknik relaksasi dengan melakukan meditasi atau yoga; teknik distraksi dengan cara pengalihan diri terhadap rangsangan nyeri seperti menonton televisi, mendengarkan musik, bernyanyi, bercanda tawa dengan keluarga; melakukan pengkajian karakteristik nyeri : lokasi, durasi, intensitas nyeri dengan menggunakan skala numeris (0-10); melakukan pemberian obat oral (pengurang rasa nyeri ) kepada pasien dilakukan atas pengawasan dan bimbingan salah seorang perawat.
Tahap akhir dari proses keperawatan yaitu yang mengindikasikan evaluasi dari semua tahap proses keperawatan yang telah dilakukan kepada pasien. Hasil evaluasi yang diperoleh dari pelaksanaan implementasi yaitu pasien X terlihat sedikit rileks setelah diberikan teknik mengurangi rasa nyeri. Nyeri berkurang dari level 5 menjadi level 4 dari skala 0 hingga 10 (dalam 6 jam selama waktu praktek).
Berdasarkan kasus pasien X dapat diambil kesimpulan bahwa proses keperawatan memegang peranan penting dalam menentukan keputusan klinis. Hal ini dikarenakan melalui data yang terkumpul dan telah dianalisis maka dapat dibuatlah keputusan klinis. Keputusan klinis tersebut diharapkan dapat memecahkan masalah kesehatan yang dihadapi pasien termasuk penanganan nyeri.





KESIMPULAN
Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien diberbagai situasi dan keadaan termasuk penanganan masalah nyeri. Nyeri adalah persepsi yang dimiliki pasien ketika mengalami suatu kondisi yang mengganggu dalam kesehariannya. Nyeri bersifat subjektif atau individual sehingga orang lain tidak dapat mengukur penilaian tersebut. Oleh karena itu perawat tidak boleh memberikan konsep yang salah ketika memahami nyeri yang sedang dirasakan pasien. Untuk mencegah hal tersebut maka dibuatlah alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif seperti salah satunya adalah skala penilaian numerik yang dilakukan terhadap kasus nyeri yang dialami pasien X.
Cara yang paling tepat menangani masalah nyeri yaitu melalui pembuatan proses keperawatan. Proses keperawatan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan keputusan klinis dengan cara melakukan pemberian berbagai intervensi terhadap nyeri yang terjadi. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, mengontrol hingga menghilangkan rasa nyeri.


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar